Posts

Showing posts from November, 2017

KOBARKAN API SEMANGAT , BANGKITKAN KEYAKINAN DIRI

Image
KOBARKAN API SEMANGAT , BANGKITKAN KEYAKINAN DIRI Saya, Bruce Lee, akan menjadi super star pertama dari Timur (Asia) yang mendapatkan bayaran tertinggi di Amerika Serikat. Sebagai imbalannya saya akan memberikan kinerja yang paling menarik dan memberikan kualitas terbaik dalam kapasitas sebagai seorang aktor. Mulai 1970 saya akan mencapai ketenaran dunia dan sejak itu hingga akhir tahun 1980 saya akan memperoleh (bayaran) $ 10.000.000. Saya akan menjalani hidup yang menyenangkan serta mencapai keselarasan batin dan kebahagiaan. Begitulah bunyi “mission statement” yang ditulis Bruce Lee pada awal tahun 1969—jauh sebelum dia menjadi seorang superstar. Sebuah catatan yang diberi judul “My Definite Chief Aim” atau “Cita-Citaku” itu, merupakan pernyataan misi yang sangat jelas, spesifik, yang sekaligus menggambarkan keyakinan diri yang sangat tinggi. Di sinlah letak poin kuncinya; dengan memiliki arah yang jelas, self esteem (perasaan diri berharga), serta keyakinan diri

ANTARA AMBISI DAN HATI NURANI

Image
ANTARA AMBISI DAN HATI NURANI Ambisi perlu dilandasi hati nurani, agar pencapaian yang diraih bisa membawa kebahagiaan sejati. Banyak orang memiliki ambisi. Hal ini wajar-wajar saja. Bahkan tanpa ambisi, hidup bisa jadi tak bergerak sama sekali. Stagnan, dan kemudian hanya akan jadi begitu-begitu saja. Maka, ambisi sebenarnya juga diperlukan untuk mewujudkan impian. Ambisi bisa jadi bahan bakar semangat mencapai target besar dan menantang yang kita tetapkan. Hanya saja, kadang tanpa kita sadari, banyak yang kemudian kebablasan. Akibat ambisi, tak lagi mendengar suara hati. Ujungnya, sikut sana sikut sini. Kita bisa melihat bagaimana persaingan memperebutkan jabatan. Bahkan, kalau ditarik jauh ke sejarah di masa lalu, banyak kisah peperangan yang dimulai dari ambisi. Karena itulah, ambisi harus dikendalikan. Hati nurani tetap harus dikedepankan. Pikiran dan akal sehat juga harus terus dikembangkan. Sehingga, ambisi tetap jadi nilai positif yang akan menguatkan kita

HIDUP YANG PENUH KEHIDUPAN

Image
HIDUP YANG PENUH KEHIDUPAN Sadarkah kita hal terbesar apa yang kita miliki di dunia ini? Hidup! Ya, kesempatan untuk hidup adalah berkah yang tak bisa tergantikan oleh apa pun. Bayangkan. Kita menjadi manusia dengan mengalahkan jutaan bibit lain yang punya kesempatan sama untuk menjadi diri kita saat ini. Karena itu, dengan terlahir saja, sudah merupakan berkah yang luar biasa. Dengan menjadi manusia, kita sebenarnya telah mendapatkan “hadiah” luar biasa yang tak bisa dinilai dengan apa pun. Sayangnya, kita sendiri yang malah sering menciderai berkah itu. Mendapat halangan sedikit saja, kita langsung menyerah. Mendapat ujian tak seberapa, segera surut langkah. Memperoleh musibah, kita sibuk mengutuk dan tak bisa berserah. Padahal, kita diciptakan dengan berjuta potensi. Dan, dengan menggali dan memaksimalkan potensi itulah, kita akan mendapatkan banyak kebaikan. Mother Teresa, mendiang tokoh yang hingga kini demikian terkenal dengan rasa welas asihnya, pernah berucap,

BERJAGA DAN WASPADA DALAM MENGHADAPI UJIAN KEHIDUPAN

Image
BERJAGA DAN WASPADA DALAM MENGHADAPI UJIAN KEHIDUPAN Apa jadinya kalau kita merasa sedang “terancam” oleh sesuatu hal? Yang paling sering terjadi adalah kita segera bereaksi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Kalau di lingkungan rumah, biasanya kita akan melakukan siskamling atau membayar satpam. Kalau sedang musim sakit—flu misalnya—kita pun bisa mencegahnya dengan menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh serta banyak minum vitamin. Kalau kondisi ekonomi yang sedang bermasalah, biasanya kita akan melihat “kerumunan” orang yang menimbun stok barang yang dianggap akan jadi prioritas untuk “menyelamatkan” hidupnya. Semua itu terjadi karena pada dasarnya orang cenderung berpikir “preventif”. Alias, berpikir mencegah lebih baik daripada terjadi hal yang tidak diingini. Kondisi preventif ini, sebenarnya menjadi “karakter” dasar bagi setiap orang. Itulah mengapa, banyak orang yang kadang berusaha mati-matian untuk melakukan hal yang dirasa dapat mencegah kondis

PERSIAPAN YANG BAIK ADALAH SETENGAH DARI KEMENANGAN

Image
PERSIAPAN YANG BAIK ADALAH SETENGAH DARI KEMENANGAN "I will prepare and someday my chance will come" (Saya akan mempersiapkan diri sebaik mungkin agar saat kesempatan datang, saya sudah siap). Demikian kutipan dari Abraham Lincoln, presiden AS ke-16. Perjalanan Abraham Lincoln untuk menduduki kursi kepresidenan pada 1861 tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan mental baja untuk menghadapi kekalahan dan kegagalan yang berulang kali dialaminya. Bahkan, perjuangan Lincoln itu harus memakan waktu selama hampir 27 tahun. Dari proses perjuangan yang begitu panjang dan penuh liku serta menyakitkan itulah, Abraham Lincoln mampu mengeluarkan kata-kata yang sungguh menginspirasi seperti tertulis di atas: "I will prepare and someday my chance will come". Saudara-saudara yang Bijaksana, Persiapan yang baik merupakan setengah dari kemenangan. Jadi, jika saat ini kita sedang menderita, dalam bentuk apa pun itu, yakinlah bahwa semua pende

MENERIMA APA YANG MENJADI BAGIAN KITA

Image
MENERIMA APA YANG MENJADI BAGIAN KITA Masing-masing orang terlahir dengan takdirnya masing-masing. Ada yang terlahir dalam kondisi normal, ada yang kurang (disable), ada yang kaya, ada yang miskin, dan sebagainya. Kita sendiri tak bisa memilih akan dilahirkan di mana dan bagaimana wujudnya. Karena itu, ada anggapan bahwa nasib itu tak bisa diubah. Banyak yang berpendapat, jika terlahir sebagai anak pengemis, mati pun akan jadi pengemis. Ada yang mengatakan si dia kaya karena memang dia terlahir dari keluarga berada. Padahal sejatinya, sejarah telah membuktikan. Ada banyak kisah nyata di dunia, orang-orang hebat yang mampu mengubah nasibnya. Mereka berjuang dari nol—bahkan minus—hingga sukses. Bahkan, ada yang kemudian diuji dengan ujian yang membuatnya jatuh lagi ke titik yang negatif lagi. Namun, dengan keyakinan kuat, mereka berjuang, bergerak, kembali bangkit, dan ujungnya, mampu menjadi “pahlawan” tipikal from zero to hero di bidangnya masing-masing. Saya sendiri b

MUDA(H)

Image
MUDA(H) “Siapa pun yang berhenti belajar akan segera menjadi tua, tak peduli pada usia dua puluhan atau delapan puluhan. Siapa pun yang terus belajar akan selalu jadi muda. Hal terhebat dalam hidup adalah selalu memelihara pikiran agar selalu muda.” (Henry Ford) Kutipan dari sang konglomerat pendiri kerajaan bisnis otomotif Ford tersebut sebenarnya menggambarkan, betapa kita “bisa” selalu muda, kapan pun yang kita mau. Tak peduli kerutan di wajah makin banyak, tubuh makin renta, saat pikiran selalu bergerak aktif, mau terus belajar, mau terus berkarya, kita akan selalu jadi “anak muda”. Sayangnya, semangat menjadi “muda” ini kadang dipahami sebatas pada penampilan semata. Tak salah memang. Memperhatikan kemulusan wajah, keelokan rupa, hingga akhirnya berusaha mati-matian mempersolek diri dengan berbagai teknologi agar terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Namun sejatinya, seperti yang diungkap Henry Ford,  yang akan selalu muda adalah apa yang ada di “dalam diri” k

KEAJAIBAN BERBAGI

Image
KEAJAIBAN BERBAGI Banyak orang menganjurkan untuk banyak-banyak berbagi. Sebab, berbagi dengan orang lain akan memberikan banyak manfaat. Bahkan, dalam anjuran semua agama, berbagi kepada orang lain dengan harta yang kita miliki adalah sebuah hal yang sangat disarankan. Tapi, apa sebenarnya dampak dari berbagi? Apa yang kita rasakan ketika sedang berbagi kepada orang lain, apa pun bentuk atau barang yang kita beri? Senang, bahagia, atau adakah yang merasa terpaksa? Sebenarnya, dalam konteks sosial, berbagi ini menjadi sebuah bagian yang tak bisa lepas secara kodrati. Sejak lahir, kita sudah merasakan keindahan dari berbagi. Kasih sayang dari orangtua, kecintaan dari orang sekitar, hingga beragam bentuk berbagi yang telah kita terima membuat kita tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, disadari atau tidak, kita pun sudah berbagi sejak lahir. Memberikan kebahagiaan kepada orangtua dengan kehadiran kita sebagai anak, membuat orang gemas dengan kelucuan kita sebagai anak keci