Posts

Showing posts from February, 2018

SEGERA BERTINDAK, BERGERAK, DAN BERKARYA

Image
SEGERA BERTINDAK, BERGERAK, DAN BERKARYA Dalam diri kita masing-masing, sebenarnya ada DNA sukses yang sudah ditanamkan sebagai bagian dari kesempurnaan adikarya Sang Mahakuasa. Semua tercipta dengan potensi—apa pun itu bentuknya—yang jika digali, dikembangkan, dimaksimalkan, mampu jadi kekuatan luar biasa, sesuai dengan bidang yang digeluti atau ditekuni. Minimal, seseorang akan bisa memenuhi “tugas” hidupnya, yakni menjadi “puzzle” alias keping pelengkap peran yang tak bisa dilakukan orang lain. Seperti seorang yang tak bisa memotong rambutnya sendiri, ia butuh tukang cukur untuk membantunya. Seperti juga layaknya orangtua, yang perlu bantuan guru—baik formal dan nonformal—yang membantu mendidikan anak-anaknya. Itulah mengapa sejatinya, hanya dengan bergerak, kita sebenarnya sudah memberi arti bagi hidup dan kehidupan di sekeliling kita. Ya, kuncinya terletak pada “gerak” alias “tindakan”! Tentu, bukan sekadar tindakan apa adanya yang tanpa makna. Namun, tindakan yan

TIRAKAT POSO

Image
TIRAKAT POSO "Gemblengan hidup" yang kita jalani selama ini justru adalah sarana untuk menguatkan diri. Halangan dan rintangan bukan hadir untuk melemahkan, tapi justru menjadi ajang latihan kehidupan agar kita menjadi insan luar biasa yang mampu menciptakan sukses di sana-sini. Dan, kini, gemblengen itu dihadirkan dalam sebuah rangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan bagi umat Islam. Saat itu, gemblengen puasa menahan diri tidak makan dan minum dari Subuh hingga Magrib akan jadi ujian fisik yang akan mengantarkan pada penguatan mentalitas dalam diri. Sebab, saat menahan lapar dan haus itulah, godaan-godaan duniawi seolah selalu menanti. Dan, ketahanan diri untuk menahan hawa nafsu duniawi itulah yang akan semakin menguatkan iman dan sekaligus menambah kekayaan mentalitas saudara-saudaraku umat Islam. Begitu juga dalam agama lain. Sebenarnya, puasa juga dikenal dalam berbagai bentuk. Misalnya untuk umat Kristiani, biasanya ada puasa menjelang hari Paskah. Atau

FILOSOFI JAWA: JER BASUKI MAWA BEYA (SEGALA HAL PERLU BIAYA)

Image
FILOSOFI JAWA: JER BASUKI MAWA BEYA (SEGALA HAL PERLU BIAYA) Ada idiom berbahasa Inggris yang kerap kita dengar, "There's no free lunch" atau tidak ada makan siang yang gratis. Hal itu bisa diartikan, bahwa di setiap hal yang kita lakukan, pasti butuh pengorbanan. Ada hal yang harus kita kerjakan, lakukan, atau bayarkan, untuk mencapai sesuatu. Idiom tersebut mengingatkan saya pada pepatah Jawa lama yang telah jadi judul tulisan artikel ini, Jer Basuki Mawa Beya, bahwa segala sesuatu membutuhkan biaya. Sekilas, orang akan beranggapan bahwa pepatah ini sangat bersifat materiil. Akibatnya, ada yang kemudian membuat "sindiran" dengan pernyataan: "Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang." Tak salah memang. Tapi, pepatah Jawa tersebut sebenarnya punya nilai yang jauh dari sekadar materi. Nilainya sungguh luhur, yakni, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, ada proses, ada pengorbanan yang diberikan, ada kerja keras, ada keringat yang h

SIAPA BERSUNGGUH-SUNGGUH AKAN MENEMUKAN YANG DICARINYA

Image
SIAPA BERSUNGGUH-SUNGGUH AKAN MENEMUKAN YANG DICARINYA Setiap orang memiliki target dan tujuan yang berbeda. Yang menyamakan adalah sebuah rumusan yang berlaku umum, siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan mencapai apa yang diidamkan. Sayangnya, pengertian “sungguh-sungguh” kadang kurang dipahami dan diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan. Misalnya, baru gagal sekali dua kali, sudah langsung menyerah. Mencari prospek pelanggan baru ditolak sekali dua kali, langsung merasa bahwa dunianya bukan di bidang penjualan. Baru kalah dalam satu dua pertandingan, sudah mengecap diri tak punya potensi. Akibatnya, proses kegagalan yang harusnya jadi pembelajaran, justru jadi batu sandungan. Ujungnya, menyerah sebelum tercapai semua keinginan. Padahal, justru pada titik-titik paling melelahkan—yang paling sering membuat orang menyerah—itulah, mungkin hanya selangkah lagi kita akan mencapai kemenangan yang diimpikan. Karena itu, hanya mereka yang bersungguh-sungguhla

“TITIPAN”

Image
“TITIPAN” Pernah mengamati petugas valet parking di hotel-hotel atau pusat pertokoan? Mereka dengan keramahannya menjaga betul mobil kita. Apa pun jenis mobil yang kita kendarai, akan dijaga sesuai dengan standar dan prosedur yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Begitu juga saat mereka mengambilkan kendaraan kita kembali. Senyum ramah mereka sunggingkan, sembari mengucapkan selamat jalan dan semoga selamat sampai tujuan. Meski bukan mobil milik sendiri, mereka memperlakukan layaknya kendaraan sendiri. Begitu harus “melepas” kendaraan kembali ke pemiliknya, mereka pun tulus memberi ucapan selamat dan mendoakan agar sampai tujuan. Sepele sepertinya. Namun, peristiwa sederhana tersebut, bisa jadi pembelajaran bagi kita tentang ketulusan ketika memperoleh sesuatu. Ya, para petugas valet parking itu menerima titipan, menjaganya, dan kemudian mengembalikan tanpa harus “merasa kehilangan”. Pada tulisan kali ini, saya ingin menggarisbawahi poin soal “merasa kehilang

BELAJAR BERTANYA DAN BELAJAR MENJAWAB

Image
BELAJAR BERTANYA DAN BELAJAR MENJAWAB Tanya-jawab adalah satu hal yang penting dalam pendidikan. Bertanya dan memberi jawaban akan memberikan suatu gambaran ada dialog, komunikasi, dinamika, ada kehidupan. Tanya-jawab ini bukan sekadar pelengkap kehidupan atau penyelenggaraan kehidupan tetapi juga pemanfaatan hidup dan kehidupan yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Saling memahami, ada empowering (pemberdayaan), ada dukungan dan legitimasi, ada solusi. Bagi tugas kepolisian, misalnya, perlukah "tanya-jawab" ini? Jika perlu, apa yang harus dilakukan dalam belajar bertanya dan menjawab? Kita bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang seolah-olah polisi adalah warga masyarakat yang berharap kepada polisi. Apa peran dan fungsi polisi bagi masyarakat? Pelindung pengayom dan pelayan masyarakat. Apa yang harus dilakukan? Menjawab tindakan sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan kepada masyarakat, yang normatif dan yang ideal. Mengapa masih saja ada

NGADEG JEJEG (BERDIRI TEGAK)

Image
NGADEG JEJEG (BERDIRI TEGAK) Di akhir tahun, tanpa terasa banyak sekali hal yang telah kita lewati. Banyak kondisi yang kita perkirakan terjadi. Dan, banyak pula hal di luar ekspektasi. Kadang, mengejutkan. Sering bahkan, membuat kaget berkepanjangan. Ada yang merasakan krisis, ada yang merasakan kehilangan, ada yang merasakan banyak halangan. Tapi, di tengah berbagai kondisi yang terjadi, ada pula yang menemukan keberuntungan. Ada yang merasakan kesenangan. Ada yang merasakan banyak keberkahan. Semua memang sudah berjalan pada “takdir” hidup masing-masing. Dan, semuanya pun sejatinya dalam keberimbangan kehidupan. Tak ada sukses tanpa melewati kegagalan. Tak ada senang yang tak didahului kesedihan. Tak ada bahagia yang tak didampingi pula oleh kenestapaan. Sebagaimana adanya positif, ada pula yang negatif. Semua dalam “lingkaran” keseimbangan; sebagaimana lingkaran yin dan yang, satu sama lain saling melengkapi. Karena itu, sudah sepatutnya kita menyadari hal tersebut. Sehi

FILOSOFI JAWA: CARILAH JALAN TERANG

Image
FILOSOFI JAWA: CARILAH JALAN TERANG Jika listrik mendadak mati di malam hari, apa yang kali pertama kita cari? Kalau tidak senter, biasanya lilin. Yang jelas, kita akan segera berusaha mencari hal yang bisa membuat terang. Begitu pula saat kita berada di sebuah ruang gelap. Yang pertama dicari adalah saklar lampu untuk menerangi kegelapan. Tanpa disadari, kita sudah sangat bergantung pada terang. Dan memang, mata tak kan bisa melihat tanpa adanya terang. Secara hukum alam, benda yang tak terkena cahaya, tak akan bisa kita lihat karena tak ada pantulan sinar yang masuk ke mata. Tapi sayangnya, ketika terang sudah kita dapat, saat kita bisa melihat dengan jelas karena adanya cahaya atau sinar, kadang kita lupa bersyukur. Kita hanya merasa biasa-biasa saja matahari bersinar membuat kita bebas melihat apa saja tanpa bantuan lampu atau lilin. Tak jarang, malah kita mencaci matahari saking panasnya bersinar. Malam hari, saat listrik memberikan terang melalui lampu yang menyala,

FILOSOFI JAWA: BEJO (BERUNTUNG)

Image
FILOSOFI JAWA: BEJO (BERUNTUNG) Bertahun-tahun silam, barangkali kita tidak akan pernah membayangkan betapa mudahnya orang berkomunikasi. Telepon mahal. Telegram merepotkan. Surat-menyurat pun butuh waktu lama. Sekarang? Semua seolah tinggal klik. Duduk manis di depan komputer, terhubung ke internet. Kita pun sudah siap melanglang buana, meski hanya melalui dunia maya. Sungguh mengesankan. Dulu, barang dan benda teknologi yang sepertinya hanya khayalan, kini dengan mudah kita dapatkan. Jika ditilik jauh ke belakang, kita akan menemukan, betapa banyak orang-orang berjasa besar yang memungkinkan semuanya terjadi. Dan, satu yang harus kita garis bawahi. Mereka semua menciptakan berbagai inovasi tidak dalam satu dua hari. Berbulan, bahkan bertahun-tahun. Tak jarang, hinaan dan celaan sering kali mereka terima. Ada yang meragukan, ada yang menyangsikan, ada yang bahkan menganggap mereka gila hingga harus diasingkan. Tapi, besarnya impian masing-masing, mereka bayar dengan perju